Keterampilan
Berbahasa
Aspek
Mendengarkan atau Menyimak
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok
mata
kuliah Keterampilan Bahasa dan Sastra Indonesia SD
Dosen pengampu : Mohamad
Suhud,S.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Saira
Soidah
Yayan Dwi Yanti
Dian Rahayu
Frenty Anggraeni.S
PGSD B Semester 4
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Nahdlatul Ulama (UNU)
Cirebon
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang .............................................................................................. 1
- Rumusan
Masalah ......................................................................................... 1
- Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
- Hakikat Menyimak dan Mendengarkan ........................................................ 2
- Tujuan dan Fungsi Menyimak........................................................................ 3
- Tahap –
Tahap Menyimak.............................................................................. 4
- Jenis-Jenis
Menyimak .................................................................................... 6
- Hal-Hal
yang Perlu Disimak ......................................................................... 11
- Hubungan
Menyimak dengan Aspek Keterampilan Berbahasa lainnya ....... 11
- Bahan
Pembelajaran Menyimak .................................................................... 13
- Kemampuan
Menyimak Siswa Sekolah Dasar .............................................. 13
- Teknik Pengajaran Menyimak di
Sekolah Dasar ........................................... 14
BAB III
PENUTUP
- Simpulan ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan Jasmani tepat
pada waktunya.Makalah ini berisikan tentang pembahasan pengertian,tujuan dan ruang
lingkup pendidikan jasmani dan olahraga.
Penulis pribadi berharap makalah ini
dapat memberikan pengetahuan baru dan informasi tentang hal tersebut bagi
teman-teman semua.
Pembuatan makalah ini tidak dapat
terselesaikan tanpa bantuan dan do’a dari beberapa pihak ,oleh karena
itu,penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada,
1. Dapung,S.Pd,M.Pd,
selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama
Cirebon.
2. Drs.Roni
Harony, selaku Dosen Wali PGSD B Semester 4
3. Mohamad
Suhud,S.Pd,selaku Dosen Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesia
SD.
4. Orang
tua yang telah memberikan do’a dan semangat kepada penulis.
5. Serta
rekan-rekan dan pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Tanpa
bantuan dari beberapa pihak makalah ini mungkin tidak akan dapat
diselesaikan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Sekian
dan Terimakasih.
Cirebon, 26 Maret 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sebagai
calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan,
kreatifitas juga wawasan yang luas mengenai keterampilan berbahasa dan sastra
indonesia. Selain itu kita harus mengerti , mengetahui , memahami tentang
keterampilan berbahasa yaitu membaca , menulis , mendengarkan atau menyimak dan
berbicara.Dalam hal ini penulis bermaksud untuk sedikit memaparkan mengenai
salah satu dari aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan atau
menyimak.Penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya
sekolah dasar (SD).
B.Tujuan
Penyusun
menulis makalah yang berjudul, ” Keterampilan Berbahasa
Aspek Mendengarkan Atau Menyimak” ini
memiliki berbagai tujuan sebagai berikut ini:
1.
Untuk mengetahui apa itu Keterampilan
berbahasa.
2.
Untuk mengetahui
jenis-jenis keterampilan berbahasa khususnya mendengarkan atau menyimak.
3.
Untuk mengetahui penerapan
keterampilan mendengar atau menyimak dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
dasar.
C.Rumusan Masalah
Dalam
penyusunan makalah yang berjudul,” Keterampilan Berbahasa
Aspek Mendengarkan Atau Menyimak”
tentunya didasari oleh berbagai pertanyaan yang dijadikan sebagai rumusan
masalah, yaitu:
Apakah itu keterampilan
mendengarkan atau menyimak ?
Ada berapa macam keterampilan berbahasa aspek
mendengarkan atau menyimak?
Bagaimana
pengajaran keterampilan berbahasa aspek mendengarkan atau
menyimak di sekolah dasar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Menyimak atau Mendengarkan
Dalam bahasa karo terdapat suatu pemeo yang berbunyi “Tuhu
nge ibegina, tapi labo idengkehkenna”
yang artinya “memang di dengarnya,
tapi tidak di simaknya”. Memang tidak dapat di sangkal bahwa di dunia ini
terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai pada tingkat mendengar
saja, belum sampai pada taraf menyimak.
Menyimak dapat dipandang
sebagai :
1. Suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu
menyimak yang harus melalui tahap mendengar bunyi.
2. Suatu keterampilan, menyimak bertujuan untuk berkomunikasi karena melibatkan keterampilan yang bersifat aural dan oral.
Berdasarkan pandangan ini, harus dibedakan antara mendengar dan menyimak.
Mendengar merupakan fase awal dari menyimak, yaitu fase pemaknaan simbol-simbol
aural.
3. Suatu seni berarti kegiatan menyimak itu memerlukan kedisiplinan, konsentrasi,
partisipasi aktif, pemahaman, dan penilaian, seperti halnya mempelajari seni
musik, seni peran atau seni rupa.
4. Suatu proses, menyimak berkaitan dengan proses keterampilan yang kompleks,
yaitu keterampilan mendengarkan, memahami, menilai, dan merespon.Oleh sebab
itu, menyimak harus diajarkan.
5. Suatu respons, sebab respon merupakan unsur utama dalam menyimak.Penyimak dapat
merespon dengan efektif jika ia memiliki panca indra yang kucup baik dan mempunyai kemampuan menginterpretasikan pesan
yang terkandung dalam tuturan yang disimaknya.
Didalam proses mendengarkan, menurut walvin dan coakley (1985) terdapat tiga tahap :
1. Menerima
Pendengar menerima rangsanagan aural dan verbal dari penutur.
2. Mengikuti
Pendengar memfokuskan perhatiannya kepada rangsangan
yang terpilih dan mengabaikan rangasangan lainnya. Untuk itu, guru harus sering
memperingatkan siswanya supaya memberi perhatian terhadap apa yang dituturkan,
dan ontensitas kebutuhan siswa utuk mengikuti pesan yang disampaikan penutur
itu berbeda-beda sesuai dengan tujuan dari kegitan mendengarkan.
3. Proses memeberi teanggapan terhadap informamasi
yang telah disampaikan melalui rangsang aurel dan verbal tersebut.
B. Tujuan dan
Fungsi Menyimak
Terdapat empat fungsi dalam menyimak diantaranya
sebagai berikut :
1) Memperoleh informasi yang berkaitan
dengan profesi,
2) Membuat hubungan antar pribadi lebih
efektif,
3) Mengumpulkan data agar dapat membuat
keputusan yang lebih masuk akal,
4) Agar dapat memberikan responsi yang
tepat.
Tujuan seseorang dalam menyimak sesuatu itu beraneka
ragam diantaranya sebagai berikut :
1) Menyimak untuk belajar,
2) Menyimak untuk menikmati,
3) Menyimak untuk mengevaluasi,
4) Menyimak untuk mengapresiasi,
5) Menyimak untuk mengkomunikasikan
ide-ide,
6) Menyimak untuk membedakan
bunyi-bunyi,
7) Menyimak untuk memecahkan masalah,
8) Menyimak untuk meyakinkan.
Adapun
tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1) Mendapatkan
fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset,
eksperimen, dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui
radio, tape recorder, TV, dan percakapan.
2) Menganalisis fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis.
Kaitannya harus jelas pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung
di dalamnya. Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan
dan pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.
3) Mendapatkan
inspirasi
Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru.
Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar
berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
4)
Menghibur diri
Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan
sandiwara, musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang
sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya
pulih kembali.
C.
Tahap-Tahap Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses.
Proses menyimak mencakup tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap mendengar (hearing); dalam tahap ini kita mendengar
segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujarannya.
2. Tahap memahami (understanding); setelah mendengar maka
ada keinginan untuk mengerti isi ujaran sang pembicara.
3. Tahap menafsirkan (interpreting); penyimak yang baik
belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia
ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang terdapat dalam ujaran sang
pembicara.
4. Tahap menilai (evaluating); pada tahap ini sang penyimak
mulai menilai ujaran sang pembicara, dimana kelebihan dan kekurangannya.
5. Tahap menanggapi (responding); merupakan tahap terakhir
dalam kegiatan menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta
menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara.
Ruth G. Stricland menyimpulkan ada sembilan tahapan
menyimak, mulai dari yang tidak ketentuan
sampai pada yang amat bersungguh-sungguh, yaitu sebagai berikut:
1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan langsung
dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2) Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan
dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hati anak.
3) Menyimak serapan karena anak keasikan menyerap hal-hal yang kurang penting,
jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
4) Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang
di simak, karena perhatiannya terganggu oleh keasikan lain dan hanya
mendengarkan hal-hal yang menarik saja.
5) Menyimak asosiatif; hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara
konstan, yang mengakibatkan penyimak benar-benar tidak memberi reaksi terhadap
pesan yang di sampaikan pembicara.
6) Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan memberi
komentar maupun pertanyaan.
7) Menyimak secara seksama, mengikuti jalan pikiran pembicara
dengan sungguh-sungguh.
8) Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan
pikiran , pendapat , dan gagasan pembicara.
Ada
pakar lain yang mengemukakan adanya tujuh tahapan menyimak yaitu:
a.
Isolasi
b.
Identifikasi
c.
Integrasi
d.
Infeksi
e.
Interpretasi
f.
Interpolasi
g.
Intropeksi
D.
Jenis-Jenis Menyimak
1) Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif
adalah sejenis kegiatan menyinyak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan
bebas terhadap suatu tujuan, tidak perlu di bawa bimbimbingan langsung dari
seorang guru.
Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan bagi siswa
untuk mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata dan struktur-struktur yang
masih asing baginya yang terdapat dalam arus ujaran yang berada didalam
jangkauan dan kapasitasnya.
Bercerita,
terutama bagi usia muda merupakan suatu contoh bagi bahan menyimak ekstensif.
Guru merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu tujuan dari
menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara yang baru.
Pada umumnya, sumber yang baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif adalah
rekaman-rekaman yang dibuat oleh diri sendiri karena dapat disesuaikan dengan
kebutuhan yang hendak dicapai.
Menyimak
ekstensif dapat di bagi menjadi empat, yaitu:
1. Menyimak
Sosial
Menyimak sosial biasanya berlangsung
dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama
mengenai hal-hal yang menarik, sehingga orang yang hadir saling mendengarkan
dan memberi respon yang wajar terhadap
apa yang dikatakan rekannya.Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa menyimak
sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
Menyimak secara sopan santun dan
penuh perhatian terhadap percakapan dalam situasi-situasi sosial dalm satu
maksud.
Menyimak serta memahami peranan
pembicara dan penyimak dalm proses komunikasi tersebut.
2. Menyimak
Sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara
kebetulan. Seperti
contoh berikut,menyimak musik yang mengiringi ritme-ritme,
tarian-tarian rakyat
disekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar
sayup-sayup sementara kita
sedang menulis surat pada seorang teman dirumah.
3. Menyimak
Estetik
Menyimak estetik adalah kegiatan
menyimak kebetulan dan termasuk kedalam menyimak ekstensif, mancakup: menyimak
musik, puisi, pembacaan bersama atau drama radio dan rekaman-rekaman serta
menikmati cerita teka-teki dan lakon-lakon yang dibicarakan atau diceritakan
oleh guru, siswa, dan ataupun aktor.
4. Menyimak
Pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya
sadar dan biasanya menandai kita pada saat belajar kurang teliti, tergesa-gesa,
menghafal luar kepala, berlatih santai serta menguasai suatu bahasa.
2) Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada
butir-butir bahwa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, pemahaman
serta pengertian umum. Menyimak intensif dapat dibagi enam yaitu:
a.
Menyimak Kritis
Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang berupa untuk
mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan hal-hal yang baik dan benar dari
ujaran pembicara, dengan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat.
Pada umumnya menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan,
kekeliruan, ketidak telitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraaan
seseorang.
Secara
agak terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah:
a)
Memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata dan unsur-unsur
kalimatnya.
b)
Menetukan
alasan “mengapa”.
c)
Memahami
aneka makna petunjuk konteks.
d)
Membedakan
fakta dari fantasi.
e)
Membuat
keputusan-keputusan.
f)
Menarik
kesimpulan-kesimpulan.
g)
Menemukan
jawaban bagi masalah tertentu.
h)
Menentukan
mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.
i)
Menafsirkan,
menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum untuk dipakai.
j)
Bertindak
objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, kecerobohan,
kekurangtelitian serta kekeliruan.
Dalam
kegiatan menyimak kritis ini, ada empat konsep penting yang harus kita miliki,
yaitu:
1.
Penyimak
harus yakin bahwa pembicaraan telah mendukung serta mendokumentasikan
masalah-masalah yang mereka kemukakan.
2.
Penyimak
mengharapkan agar pembicara mengemukakan masalah-masalah khusus.
3.
Penyimak
mengharap agar pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik
tertentu.
4.
Penyimak
harus percaya dan menuntut dengan tegas agar pembicara bergerak dari hal-hal
umum ke khusus.
b. Menyimak
Konsentratif
Menyimak konsentratif sering disebut a study-type listening
atau menyimak yang merupakan kegiatan sejenis telaah. Kegiatan yang tercangkup
dalam menyimak konsentratif adalah:
1)
Mengikuti
petunjuk.
2)
Mencari
hubungan.
3)
Mencari
informasi.
4)
Memperoleh
pemahaman.
5)
Menghayati
ide-ide.
6)
Memahami
urutan ide-ide.
7)
Mencatat
fakta-fakta.
c. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan rekontruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan kinestetik terhadap apa-apa yang
disimaknya. Kegiatan dalam menyimak kreatif:
a)
Mengasosiasikan
makna-makna dengan pengalaman menyimak
b)
Merekontruksi
imaji-imaji visual sementara menyimak
c)
Mengadaptasikan
imaji dengan pikiran imajinatif dalam karya
d)
Memecahkan
masalah, memeriksa, dan mengujinya
d. Menyimak Eksplorasif
Menyimak eksploratif adalah kegiatann menyimak intensif
dengan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah. Tujuan dari kegiatan dalam
menyimak eksplorasif adalah sebagai berikut:
1.
Menemukan
hal-hal baru
2.
Menemukan
informasi tambahan
3.
Menemukan
isyu menarik
4.
Menyimak
Interogatif
e. Menyimak interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak
intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan
perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, sebab sang
penyimak akan mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin yang mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, untuk
apa, benarkah, dan sebagainya.
f. Menyimak Selektif
Menyimak pasif perlu dilengkapi dengan menyimak selektif,
alasannya:
Kita
jarang mendapat kesempatan untuk berpartisipasi secara sempurna dalam suatu
kebudayaan asing, itu mengganggu kapasitas kita untuk menyerap.
Kebiasaan-kebiasaan
kita cenderung membuat kita menginterprestasikan kembali rangsangan-rangsangan
akustik yang disampaikan oleh telinga ke otak dan karena itu kita memperoleh
suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.
E.
Hal-Hal yang Perlu Disimak
Khusus mengenai bahasa, terutama bahasa asing para pelajar
haruslah menyimak serta mengenal butir-butir berikut:
Bunyi-bunyi
fonemis (distingtif).
Urutan-urutan
bunyi.
Kata-kata
tugas.
Infleksi.
Perubahan
bunyi dalam derifasi.
Pengelompokan
struktural.
Petunjuk
urutan kata.
Makna
kata-kata.
Kata-kata
salam, sapaan, dan lain-lain.
Makna
budayawi (cultural meaning).
F. Hubungan
Menyimak dengan Aspek Keterampilan Berbahasa lainnya
1. Hubungan
menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara
merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung.Menyimak bersifat
reseftif, sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya komunikasi yang
terjadi antar teman, antar penjual dan pembeli, atau dalam sebuah forum
diskusi. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu
giliran B yang berbicara dan A yang mendengarkan. Namun adapula dalam suatu
konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu suatu
pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya khotbah
di masjid, dimana penceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lain hanya
mendengarkan. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal
dilakukan oleh manusia bila dilihat dari pross pemerolehan bahasa. Secara berturut-
turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan menyimak di awali dengan
mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untu memahami isi
bahan simakan diperlukan suatu proses berikut : mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterprestasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir
menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan yang
berbeda-beda yaitu untuk : mendafatkan fakta, mengevaluasi fakta, mendapat
inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara.Kegiatan
menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiaatan berbicara dan menyimak
saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam
bercakap-cakap, diskusi, telponan, tanya jawab dan lain-lain. Tidak ada gunanya
orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak, tidak mungkin orang
menyimak bila tidak ada orang yang berbicara.
2. Hubungan
menyimak dan membaca
Menyimak dan membaca sama-sama
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat resesif. Menyimak berkaitan
dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktifitas
berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas
pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak),
maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding
guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasih.
3. Hubungan
menyimak dan menulis
Menulis dan menyimak merupakan
aktifitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak bersifat reseptif, dan
menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak dan menulis memiliki
hubungan yang erat dari menyimak suatu ujaran atau informasih dapat menumbuhkan
kreatifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh dan dituangkan dalam
suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dan lain sebagainya.
G. Bahan
Pembelajaran Menyimak
Tujuan utama
menyimak, melatih siswa memahami bahasa lisan. Oleh sebab itu
pemilihan bahan harus disesuaikan dengan karakter anak SD. Pembelajaran
menyimak di kelas rendah sebaiknya tidak disertai dengan menulis. Bahan simakan
kelas rendah berupa perintah, pertanyaan lisan yang menghendaki jawaban lisan
atau perbuatan sebaagai jawabanya.
Menyimak Anak-anak
dapat belajar bahasa pertamanya dari mendengarkan dan mendengarnya merupakan
dasar bagi seni-seni bahasa lainnya (Lundesteen
: 1979). Dari hasil mendengarkan inilah anak memulai proses belajar
memahami dan menghasilkan bahasa, mengikuti bunyi tutur, dan mengkonstruksi
bahasa lainnya. Disamping itu, mendengar juga mempunyai kaitan yang erat dengan
membaca. Anak-anak belajar membaca juga melalui mendengarkan. Ketika anak-anak
harus membaca mereka mulai pada tulisan. Keterampilan dan pemahaman didalam dan
pemahaman didalam membaca dan mendengarkan dalam beberapa hal memiliki
kesamaaan (Stick dan james, 1984).
H. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah
Dasar
Tujuan utama pengajaran bahasa indonesia adalah agar para
siswa terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara,
terampil membaca, dan terampil menulis.
1. Taman kanak-kanak
a. Menyimak pada teman sebaya.
b. Mengembangkan waktu perhatian yang
amat opanjang terhadap cerita dan dongeng.
c. Dapat mengingat petunjuk-petunjuk
dan pesan-pesan sederhana.
2. Kelas
satu (5 1/2 – 7 tahun)
a. Menyimak untuk menjelaskan,
menjernihkan pikiran dan untuk mendapat jawaban atas pertanyaan.
b. Dapat mengulangi secara tepat
apa-apa yang telah didengarkan.
c. Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada
kata-kata lingkungan.
3. Kelas dua (6 1/2 – 8
tahun)
a. Menyimak dengan kemampuan memilih
yang meningkat.
b. Membuat saran-saran, usul-usul, dan
mengemukakan pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
c. Sadar akan situasi, bila sebaiknya
menyimak atau sebaliknya.
4. Kelas
tiga dan empat (7 1/2 – 10 tahun)
a.
Sungguh-sungguh
sadar akan nilai menyimak sebagai sumber informasi dan kesenangan. Menyimak
pada laporan orang lain, dengan maksud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan
yang bersangkutan dengan itu.
b.
Memperlihatkan
keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
5. Kelas lima dan enam (91/2
– 11 tahun)
a.
Menyimak
secara kritis terhadap kekeliruan, kesalahan, propaganda, dan petunjuk yang
keliru.
b.
Menyimak
pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam
menemui dalam tipe-tipe baru.
I. Teknik Pengajaran Menyimak di
Sekolah Dasar
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat
dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain
itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran
lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan
guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar
bahasa permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini
digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan dengan pengucapan atau lafal
yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan
teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti
“mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata tersebut dengan cara
mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya untuk menunjuk salah satu
bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan
jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa
yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan latihan ekstensif dengan mengulang
kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa kata serta mengenalkan
struktur kalimat kepada siswa sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan
tepat, dan akhirnya menggunakan kata itu dalam struktur yang sederhana.
2. Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian
informasi tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya,
informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang menerima informasi terakhir,
mengucapkan keras-keras informasi tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan
demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap sama dengan sumber pertama atau
tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi,
bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak siswa
masih kurang.
Contoh:
Informasi: Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang
dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak
baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang
pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru dapat meminta siswa,
misalnya:
menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
menyebutkan urutan
ide pokok dari apa yang disimak;
menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang
disimaknya;
menemukan makna yang
tersurat dari apa yang disimaknya;
menemukan makna yang
tersirat dari apa yang disimaknya;
menemukan ciri-ciri
atau gaya bahasa yang digunakan dalam wacana yang dibacakan;
menilai isi dari apa
yang disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa
tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat
membaca dengan baik sesuai dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu,
guru perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan cara membacanya, jangan
sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang disimaknya hanya karena
pembacaan yang kurang siap.
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan
rekaman melalui kaset (tape recorder),
CD, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato,
cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk
sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru
memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa
diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat
mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab
pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang
disimaknya, seperti:
apa tema dari dongeng yang anak-anak simak?
siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
bagaimana watak dari tokoh tersebut?
sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut!
5. Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru
membacakan sebuah wacana sekali, siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian,
guru membacakan lagi wacana tersebut dengan cara membaca paragraf awal
penuh, sedangkan paragraf berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata yang
dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana dan
mengisi tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau kelompok
kata yang asli dari wacana yang dibacakan sebelumnya.
6. Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru
terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu,
guru membacakan puisi yang telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa
selesai menyimak, siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi
puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.
Dalam menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan
perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai
tujuan.
7. Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini,
penyimak terlibat dalam pembicaraan. Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat
menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya dengan guru wali, guru pengajar
bahasa , budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa diminta menyiapkan apa
yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas selanjutnya siswa
menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru untuk teliti.
8. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang
mementingkan keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya
berlaku sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan
oleh pembicara sehingga penyimak dapat memahami isi pembicaraan, tujuan
pembicaraan, menganalisis apa yang dibicarakan, serta akhirnya menilai isi
pembicaraan.
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Menyimak adalah suatu proses suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi serta interprestasi untuk memperoleh informasih, menangkap
isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara
disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Tujuan
menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1) Mendapatkan
fakta
2) Menganalisis
fakta
3) Mendapatkan
inspirasi
4)
Menghibur diri
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses.
Proses menyimak mencakup tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap mendengar (hearing)
2. Tahap memahami (understanding)
3. Tahap menafsirkan (interpreting)
4. Tahap menilai (evaluating)
5. Tahap menanggapi (responding)
Jenis-Jenis Menyimak sebagai berikut :
1) Menyimak Ekstensif
Menyimak
ekstensif dapat di bagi menjadi empat, yaitu:
1.
Menyimak
Sosial
2.
Menyimak
Sekunder
3.
Menyimak
Estetik
4.
Menyimak
Pasif
2) Menyimak Intensif
Menyimak intensif dapat dibagi enam yaitu:
a.
Menyimak Kritis
b.
Menyimak Konsentratif
c.
Menyimak Kreatif
d.
Menyimak Eksplorasif
e.
Menyimak interogatif
f.
Menyimak Selektif
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat
dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain
itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran
lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan
guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
2.
Teknik Informasi Beranting
3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
5. Teknik Group Cloze
6. Teknik Parafrase
7. Simak Libat Cakap
8. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak
Sebagai Suatu Keterampilan . Bandung: Anghkasa
Edu,
Mbah Brata. 2010. “Keterampilan Menyimak”. Terdapat dalam http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html.
Diakses 7 Mei 2012.
Yumarti,
A. 1988. Beberapa Teknik Pengajaran
Menyimak. Dalam majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bharatara
Karya Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar